Nama : Lia Mulyaningsih Mata Kuliah :
Sej Perekonomian
Nim
: 11.01.064 Dosen :
Wildan Insan Fauzi, M.Pd
UJIAN TENGAH SEMESTER
JAWABAN
1.
Uraikan
perkembangan perekonomian di Nusantara dari prasejarah sampai masa Hindu Budha.
Jawaban
: Prasejarah
a.
Zaman
Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat
kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga
alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat
peninggalan zaman batu tersebut melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur
berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi
menjadi 3 periode/masa, yaitu Batu Tua/Palaeolithikum Merupakan
suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum
diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.
Contohnya: kapak genggam. Batu Tengah Madya/Mesolithikum
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. Batu Muda/Neolithikum
Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.
Contohnya: kapak genggam. Batu Tengah Madya/Mesolithikum
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. Batu Muda/Neolithikum
Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.
b.
Zaman
Logam
Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan
berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu
terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah
untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal
dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman
perundagian.
c.
Masa
berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya
dalam menghadapi kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah
menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada
alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan.
d.
Masa
bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang.
Sehingga timbul upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam
suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak
lagi tergantung kepada alam.
e.
Masa
perundagian
Pada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik
pengolahan logam. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian
khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang
yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.
Penghidupan Mata pencaharian dan
penghidupan masyarakat prasejarah di Indonesia berkisar antara kehidupan
berburu dan meramu masyarakat hutan, hingga kehidupan pertanian yang rumit,
dengan kemampuan bercocok tanam padi-padian, memelihara hewan ternak, hingga
mampu membuat kerajinan tenun dan tembikar. Kondisi pertanian yang ideal
memungkinkan upaya bercocok tanam padi lahan basah (sawah) mulai berkembang
sekitar abad ke-8 SM.
Hindu-Budha
Memungkinkan desa dan kota kecil
mulai berkembang pada abad pertama Masehi. Kerajaan ini yang lebih mirip
kumpulan kampung yang tunduk kepada seorang kepala suku, berkembang dengan
kesatuan suku bangsa dan sistem kepercayaan mereka. Iklim tropis Jawa dengan
curah hujan yang cukup banyak dan tanah vulkanik memungkinkan pertanian padi
sawah berkembang subur. Sistem sawah membutuhkan masyarakat yang terorganisasi
dengan baik dibandingkan dengan sistem padi lahan kering (ladang) yang lebih
sederhana sehingga tidak memerlukan sistem sosial yang rumit untuk
mendukungnya. Kebudayaan Buni berupa budaya tembikar berkembang di pantai utara Jawa
Barat dan Banten sekitar 400 SM hingga 100 M. Kebudayaan Buni mungkin merupakan
pendahulu kerajaan Tarumanagara, salah
satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang menghasilkan banyak prasasti yang menandai awal berlangsungnya periode sejarah di pulau
Jawa. Peninggalan masa prasejarah Peninggalan masa prasejarah Nusantara
diketahui dari berbagai temuan-temuan coretan/lukisan di dinding gua atau ceruk
di tebing-tebing serta dari penggalian-penggalian pada situs-situs
purbakala.
Perdagangan di masa
kerajaan-kerajaan tradisional disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme
politik, dimana pengaruh raja-raja dalam perdagangan itu sangat besar. Misalnya
di masa Sriwijaya, saat perdagangan internasional dari Asia Timur ke Asia Barat
dan Eropa, mencapai zaman keemasannya. Raja-raja dan para bangsawan mendapatkan
kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak. Tak
ada proteksi terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan
oleh banyaknya kapal yang “mampir”.
Kerajaan Kutai : kehidupan
ekonomi masyarakat kutai adalah beternak, bertani, dan berdagang masuknya
pengaruh Hindu di kutai, menunjukkan suatu hubungan dagang antara pedagang
setempat dengan India
Kerajaan Tarumanegara : Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membangun saluran air di Sungai Gomati sepanjang
6122 tombak atau sekitar 12 km. selain itu juga sebagai irigasi pertanian serta
sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan Tarumanegara
dengan dunia luar dan daerah-daerah di sekitarnya.
Kerajaan Melayu : diketahui bahwa Kerajaan Melayu
terletak ke dalam Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan terdekat antara
India dan Cina. Jadi kerajaan Melayu perkonomianya berdagang.
Kerajaan Sriwijaya : Sriwijaya adalah sebuah negara maritim yang mempunyai
hubungan perdagangan internasional. Para pedagang dari berbagai bangsa, seperti
Cina, anak benua India (Gujarat, Urdu-Pakistan, dan Tamil), Sri Lanka, dan
Campa datang ke Sriwijaya.
Kerajaan Mataram Kuno : Pusat
kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan
Magelang, Muntilan, Sleman, dan Yogyakarta. Daerah itu amat subur sehingga
rakyat menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Perdagangan juga sudah dilakukan, Pengekspor
dan Impor hasil pertanian
Kerajaan Kediri : Kehidupan perekonomian Kediri
berpusat pada bidang pertanian dan perdagangan. Hasil pertanian masyarakat
Kediri umumnya beras. Walaupun terletak di pedalaman, jalur perdagangan dan
pelayaran maju pesat melalui Sungai Brantas yang dapat dilayari sampai ke
pedalaman wilayah Kediri dan bermuara di Laut Selatan (Samudera Indonesia).
Kerajaan Singasari : Letak kerajaan Singosari di tepi sungai Bengawan
Solo. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa masyarakatnya aktif dalam kegiatan
perekonomian pelayaran, Sektor pertanian , Menguasai jalur perdagangan.
Referensi
:
Soekmono, R . (1981). Pengantar
Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta : Kanisius
2.
Bagaimana
perkembangan Ekonomi Indonesia pada masa Kerajaan Islam di Nusantara
Jawaban
: Penggunaan uang yang berupa koin
emas dan koin perak sudah dikenal di masa itu, namun pemakaian uang baru mulai
dikenal di masa kerajaan-kerajaan Islam, misalnya picis yang terbuat dari timah
di Cirebon. Namun penggunaan uang masih terbatas, karena perdagangan barter
banyak berlangsung dalam sistem perdagangan Internasional. Karenanya, tidak
terjadi surplus atau defisit yang harus diimbangi dengan ekspor atau impor
logam mulia. Kejayaan suatu negeri dinilai dari luasnya wilayah, penghasilan
per tahun, dan ramainya pelabuhan. Hal
itu disebabkan, kekuasaan dan kekayaan kerajaan-kerajaan di Sumatera bersumber
dari perniagaan, sedangkan di Jawa, kedua hal itu bersumber dari pertanian dan
perniagaan.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Samudra Pasai
Letak Kerajaan
Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun
langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar
yang digunakan untuk:
·
Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
·
Mengurus masalah –
masalah perkapalan
·
Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke
luar negeri
·
Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke
beberapa daerah di Indonesia
Kehidupan ekonomi
Kerajaan Aceh
Dalam masa
kejayaannya, perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya yang subur banyak
menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah pantai Timur dan Barat
Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah
di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya bahan ekspor penting seperti
timah dan lada yang dihasilkan di daerah itu. Perdagangan , pertanian juga.
Kehidupan ekonomi
Kerajaan Demak.
Dilihat dari segi ekonomi, Demak
sebagai kerajaan maritim, menjalankan fungsinya
sebagai penghubung atau transit daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur
dengan Malaka sebagai pasaran di bagian barat. Perekonomian Demak dapat
berkembang dengan pesat di dunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam
bidang agraris yang cukup besar.
Kehidupan Ekonomi
kerajaan Banten
Kehidupan ekonomi
kerajaan Banten bertumpu pada bidang perdagangan karena memiliki bahan ekspor
penting, yaitu lada sebagai daya tarik yang kuat bagi pedagang asing.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Makassar/ Gowa Tallo
Kehidupan ekonomi
kerajaan ini bertumpu pada perdagangan dan pelayaran. Dengan berkembangnya
Makassar sebagai pusat perdagangan wilayah timur, mengakibatkan warga asing
berdagang di Makasar.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak
merupakan negeri yang terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, yaitu kayu yang
berkualitas bagus untuk kapal. Pada awal abad ke-8, Kerajaan Perlak berkembang
sebagai bandar niaga yang amat maju. Kerajaan
Islam Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Kehidupan ekonomi
Kerajaan Mataram Islam
adalah kelanjutan
dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan
ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di
pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir
utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan
penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Pajang
Pajang terletak di
daerah pedalaman sehingga kerajaan ini menitikberatkan mata peneaharianya dari
pertanian dengan hasil utamanya beras.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Ternate dan Tidore
Tanah di Kepulauan
Maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan hasil
diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad
ke 12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi
yang penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku
mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan
turut mendukung perekonomian masyarakat.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Cirebon
Setelah perjanjian 7 Januari 1681 antara kerajaan Cirebon dan VOC, keraton
Cirebon semakin jauh dari kehidupan kelautan dan perdagangan, karena VOC
memegang hak monopoli atas beberapa jenis komoditas perdagangan dan pelabuhan.
Kehidupan ekonomi
kerajaan Malaka
Malaka amat bergantung pada Sumatera
dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perladangan tidak
dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah
yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah
pada sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Referensi :
Soekmono, R . (1981). Pengantar
Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta : Kanisius
3.
Apa
yang anda ketahui mengenai merkantilisme dan kapitalisme. Lalu bagaimana
penerapannya di Nusantara pada masa penjajahan Eropa dari masa Portugis , VOC,
sampai diterapkannya UU agrarian.
Jawaban :
MERKANTILISME
adalah Paham yang ditandai dengan adanya campur tangan pemerintah secara ketat
dan menyeluruh dalam kehidupan perekonomian guna memupuk kekayaan logam mulia
sebanyak-banyakanya sebagai standard dan ukuran kekayaan yang dimiliki,
kesejahteraan dan kekuasaan Negara tersebut.
Kebijakan
Pelaksanaan dan Perencanaan Ekonomi Merkantilisme
:
·
Berusaha mendapatkan logam mulia
sebanyak-banyaknya
·
Meningkatkan perdagangan luar negeri
·
Mengembangkan industri berorientasi
ekspor
·
Meningkatkan pertambahan penduduk
sebagai tenaga kerja industry
·
Melibatkan Negara sebagai pengawas
perekonomian
·
Melakukan perlindungan barang dagangan
dengan menggunakan bea masuk yang sangat tinggi.
·
Meminta bayaran tunai dalam bentuk emas
jika suatu Negara mengekspor lebih dari Negara lain.
KAPITALISME adalah
sebuah system ekonomi dimana individu secara privat melakukan kegiatan
produksi, pertukaran barang, dan jasa pelayanan melalui sebuah jaringan pasar
dan harga yang kompleks Kapitalisme menurut Karl Marx, adalah sebuah
sistem dimana pemilik modal menjadi penentu dari seluruh kebijakan pasar dan
harga barang dengan meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan. Pada
abad 18 saat berkembang revolusi industri banyak muncul para pemilik modal yang
menguasai peralatan industri, mempekerjakan manusia untuk menjalankan mesin.
Tujuan
kapitalisme adalah biaya produksi yang murah dan keuntungan yang tinggi.
Ciri-ciri Kapitalisme
:
·
Modal dan barang-barang yang digunakan
sebagai proses produksi dimiliki secara pribadi.
·
Aktivitas ekonomi secara bebas hanya
ditentukan oleh penjualan dan pembelian
·
Pemilik modal bebas untuk menggunakan
cara apa saja untuk meningkatkan keuntungan maksimalnya dengan mendayagunakan
sumber daya produksi dan pekerjaannya.
·
Pengawasan Negara diupayakan seminimal
mungkin, Negara sewaktu-waktu dapat mengeluarkan kebijakan yang melindungi
lancarnya pelaksanaan dari system kapitalisme.
Portugis
Sejak sukses pengambilalihan
kekuasaan oleh Portugis terhadap Malaka pada tahun 1511, orang-orang Portugis
terbuka mengadakan perdagangan langsung dengan Indonesia, khususnya daerah
penghasil rempah-rempah seperti Ternate, Banda, Seram, Ambon dan Timor. Kebijakan pemerintah Kolonial Portugis
antara lain :
·
Sistem
monopoli perdagangan cengkeh dan pala di Ternate.
·
Berusaha
menanamkan kekuasaan di daerah Maluku.
·
Menyebarkan
agama Katholik di daerah-daerah yang dikuasai .
·
Mengembangkan
bahasa dan seni musik keroncong Portugis.
Pengaruh dari kebijakan ini ternyata
tertanam pada rakyat Indonesia khususnya rakyat Maluku , ada yang bersifat
negatif dan ada yang positif.
Pengaruh yang paling besar dan paling
langgeng adalah
:
·
Terganggu
dan kacaunya jaringan perdagangan .
Pengaruh lain dari kebijakan kolonial Portugis yaitu :
·
Rakyat
menjadi miskin dan menderita.
·
Tumbuh
benih rasa benci terkadap kekejaman Portugis.
·
Munculnya
rasa persatuan dan kesatuan rakyat Maluku untuk menentang Portugis.
·
Bahasa
Portugis turut memperkaya perbendaharaan kata/ kosa kata dan nama
keluarga seperti da Costa, Dias, de Fretes, Mendosa, Gonzalves, da Silva dan
lain-lain.
·
Seni
musik keroncong yang terkenal di Indonesia sebagai peninggalan Portugis adalah
keroncong Morisco.
·
Banyak
peninggalan arsitek bangunan yang bercorak Portugis dan sejata api/
meriam di daerah pendudukan
VOC
Sistem merkantilisme ala VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie) sekitar tahun 1600 – 1800 yang penekanan
nya pada peningkatan ekspor dan pembatasan impor, sistem monopoli negara ala
sistem tanam paksa sekitar 1830 – 1870, dan sistem ekonomi kapitalis liberal
sejak 1870 hingga 1945. Tindakan VOC dengan adanya hak
octroi sangat merugikan bangsa Indonesia. Hak octroi seolah
ijin usaha kepanjangan tangan pemerintah Belanda, bahkan bisa dikatakan VOC
sebagai sebuah ‘negara dalam negara’.
Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, VOC menerapkan hak
monopoli, menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan membangun benteng-benteng.
Benteng-benteng yang dibangun VOC adalah :
a) Di Banten
disebut benteng Kota Intan ( Fort Pellwijk ).
b) Di Ambon
disebut benteng Victoria.
c) Di Makasar
disebut benteng Retterdam.
d) Di Ternate
di sebut benteng Orange.
e) Di Banda
disebut benteng Nasao
Kebijakan-kebijakan VOC selama
berkuasa di Indonesia sejak tahun 1602 – 1799 antara lain dapat dirangkum
sebagai berikut :
a) Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan
mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli perdagangan.
b) Melaksanakan politik devide
et impera ( memecah dan menguasai) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia
c) Untuk memperkuat kedudukannya
dirasa perlu mengangkat seorang pegawai yang disebut Gubernur Jendral
d) Melaksnakan sepenuhnya Hak
Octroi yang ditawarkan pemerintah Belanda.
e) Membangun pangkalan / markas VOC
yang semula di Banten dan Ambon, dipindah dipusatkan di Jayakarta ( Batavia)
f) Melaksanakan pelayaran
Hongi ( Hongi tochten ).
g) Adanya Hak
Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang melebihi
ketentuan.
h) Adanya verplichte leverantien (penyerahan
wajib) dan Prianger Stelsel ( system Priangan )
UU
Agraria
Latar belakang
dikeluarkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) antara lain karena
kesewenangan pemerintah mengambil alih tanah rakyat. UU Agraria
memastikan bahwa kepemilikan tanah di Jawa tercatat. Tanah penduduk dijamin
sementara tanah tak bertuan dalam sewaan dapat diserahkan. UU ini dapat
dikatakan mengawali berdirinya sejumlah perusahaan swasta di Hindia Belanda.
UU Agraria
sering disebut sejalan dengan Undang-Undang Gula 1870, sebab kedua
UU itu menimbulkan hasil dan konsekuensi besar atas perekonomian di Jawa.
Tujuan dikeluarkannya UU Agraria 1870
·
Melindungi hak milik petani atas
tanahnya dari penguasa dan pemodal asing.
·
Memberi peluang kepada pemodal asing
untuk menyewa tanah dari penduduk Indonesia seperti dari Inggris, Belgia, Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan
lain-lain.
·
Membuka kesempatan kerja kepada
penduduk untuk menjadi buruh perkebunan.
Dampak
dikeluarkannya UU Agraria antara lain. Perkebunan diperluas, baik di Jawa
maupun diluar pulau Jawa. Angkutan laut dimonopoli oleh perusahaan KPM yaitu
perusahaan pengangkutan Belanda.
Hak erfpacht
Isu terpenting
dalam UU Agraria 1870 adalah pemberian hak erfpacht, semacam Hak Guna Usaha, yang memungkinkan seseorang menyewa
tanah terlantar yang telah menjadi milik negara yang selama maksimum 75 tahun
sesuai kewenangan yang diberikan hak eigendom (kepemilikan), selain
dapat mewariskannya dan menjadikan agunan.
Ada tiga jenis hak erfpacht
a) Hak untuk
perkebunan dan pertanian besar, maksimum 500 bahu dengan harga
sewa maksimum lima florint per bahu;
b) Hak untuk
perkebunan dan pertanian kecil bagi orang Eropa "miskin" atau
perkumpulan sosial di Hindia Belanda, maksimum 25 bahu dengan harga sewa satu
florint per bahu (tetapi pada tahun 1908 diperluas menjadi maksimum 500 bahu);
c) Hak untuk rumah
tetirah dan pekarangannya (estate) seluas maksimum 50 bahu.
Referensi :
http://onlinejurnal.com/2014/05/20/Kolonialisme-Imprealisme-Dan Nasionalisme/
Harsono B. 1995. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan
Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jilid 1 – Hukum Tanah
Nasional. Djambatan. Jakarta
Recklefs, M.C. Sejarah
Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta, 2005.
4.
Bagaimana
komentar saudara tentang kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh Daendels,
Raffles, dan Van Den Bosch?
Jawaban :
komentar
mengenai kebijakan Daendels
Dalam upaya
tersebut, Daendels melakukan hal-hal sebagai
berikut :
·
Membangun ketentaraan, pendirian tangsi-tangsi/
benteng, pabrik mesiu /senjata di Semarang dan Surabaya dan juga rumah sakit
tentara.
·
Pembuatan jalan pos dari Anyer di
Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur panjang sekitar 1000 km.
·
Membangun pelabuhan di Anyer dan
Ujung Kulon dan pembuatan perahu-perahu kecil untuk kepentingan perang
·
Daendels dikenal sebagai Gubernur
Jendral “ bertangan besi” karena ia memerintah dengan menerapkan disiplin
tinggi, keras dan kejam. Untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan dalam
menghadapi Inggris Daendels menerapkan beberapa
cara :
·
Sistem kerja paksa ( rodi )
·
Melaksanakan contingenten,
yaitu pajak berupa hasil bumi.
·
Menetapkan verplichte
leverentie, kewajiban menjual hasil bumi hanya kepada pemerintah
Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.
·
Mewajibkan Prianger
Stelsel, yaitu kewajiban rakyat Priangan untuk menanam kopi.
·
Melepas tanah kepada pihak asing.
Dalam melaksanakan pemerintahannya di Indonesia, Daendels
memberantas sistem feodal yang sangat diperkuat VOC. Untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan, hak-hak bupati mulai dibatasi terutama yang
menyangkut penguasaan tanah dan pemakaian tenaga rakyat. Selama memerintah, Daendels dikenal sebagai
gubernur jenderal yang “bertangan besi”. Ia memerintah dengan menerapkan
disiplin tinggi, keras, dan kejam. Bagi rakyat atau penguasa lokal yang
ketahuan membangkang, Daendels tidak segan-segan member hukuman. Hal
ini dapat dibuktikan saat Daendels menjalankan kerja rodi untuk membangun jalan
raya Anyer – Panarukan sepanjang 1.000 km. Dalam pembangunan tersebut, rakyat
dipaksa kerja keras tanpa diberi upah atau makanan, dan apabila rakyat ketahuan
melarikan diri akan ditangkap dan disiksa. Rakyat sangat menderita. Sisi negatif
pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktek perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan perlawanan
Raffles
Pendudukan Inggris atas wilayah
Indonesia tidak berbeda dengan penjajahan bangsa Eropa lainnya. Raffles banyak
mengadakan perubahan-perubahan , baik di bidang ekonomi maupun pemerintahan.
Kebijakan Daendels yang dikenal dengan nama Contingenten diganti dengan system sewa tanah. Sistem sewa
tanah disebut juga system pajak tanah atau landrent (lanrate).
Rakyat atau para petani harus membayar pajak sebagai uang sewa, karena semua
tanah dianggap milik negara. Landrent di
Indonesia gagal, karena :
·
Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik
tanah yang luasnya berbeda.
·
Sulit menentukan luas-sempit dan tingkat kesuburan
tanah.
·
Terbatasnya jumlah pegawai.
·
Masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan
system uang.
Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikut
adalah membagi wilayah Jawa menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini dikandung
maksud untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah
yang dikuasainya. Setiap karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu
oleh asisten residen.
Apa yang di inginkan Raffles tidak berhasil karena
masyarakat Indonesia itu feodal, ketika disuruh atau di paksa akan menurut,
ketika dibebaskan maka untuk penanaman maka rakyat Indonesia menanam padi,
sedangkan padi di Eropa tidak laku dijual.
Gubernur
Jendral van den Bosch, menerapkan kebijakan
politik dan ekonomi konsevatif di Indonesia. Pada tahun 1830 mulai diterapkan
aturan kerja rodi ( kerja paksa ) yang disebut Cultuurstelsel.
Van den Bosc sebagai pengusul dari Cultuur Stelsel, kemudian
di angkat sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Aturan-aturan Tanam Paksa
·
Persetujuan
akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian ari tanahnya
untuk penanaman tanaman Ekspor yang dapat di jual di pasaran Eropa.
·
Tanah
pertanian tersebut tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang di
miliki penduduk desa.
·
Pekerjaan
yang di perlukan untuk menanam tanaman tersebut tidak boleh melebihi pekerjaan
untuk menanam tanaman padi.
·
Tanah
yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah
·
Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada
pemerintah Hindia Belanda.
Di dalam praktiknya seringkali menyimpang dari
ketentuan-ketentuan pokok sehingga rakyat banyak dirugikan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain
·
Dilakukan
dengan cara paksaan.
·
Luas
tanah harus disediakan penduduk melebihi ketentuan.
·
Pengerjaannya
jauh lebih sama.
·
Pajak
tanah masih tetap dikenakan.
·
Petani
tidak mendapat kelebihan hasil panen.
Agar para bupati dan kepala desa
menunaikan tugasnya dengan baik, pemerintah kolonial memberikan perangsang yang
di sebut Cultuur Procenten.Cultuur Procenten adalah bonus dalam persentasi
tertentu yang diberikan kepada para pegawai Belanda, para bupati, dan kepala
desa apabial hasil produksi di suatu wilayah mencapai atau melampaui target
yang dibebankan.
Akibat-Akibat Tanam Paksa
1. Bagi Belanda
·
Meningkatnya
hasil tanaman ekspor dari negeri jajahan dan dijual Belanda di pasaran Eropa.
·
Perusahaan
pelayaran Belanda yang semula kembang kempis,pada masa tanam paksa mendapat
keuntungan yang besar
·
Pabrik-pabrik gula kemudian juga
dikembangkanoleh penguasa Belanda.
2. Bagi Indonesia
·
Kemiskinan
dan penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan.
·
Beban
pajak yang berat.
·
Pertanian,
khususnya padi, banyak mengalami kegagalan panen.
·
Jumlah
penduduk Indonesia menurun
·
Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang
yang berorientasi ekspor
Referensi :
Recklefs,
M.C. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta, 2005.
http://onlinejurnal.com/2014/05/20/Masa-kekuasaan-daendels/
5.
Buat
perbandingan keadaan perekonomian Indonesia pada masa Hindu Budha , Islam, dan
Kolonialisme.
Jawaban :
Perbandingan
Hindu
Budha
|
Islam
|
Kolonialisme
|
pertanian, peternakan
|
pertanian, peternakan
|
Terjadinya ekploitasi SDA
|
Perdagangan Internasional
|
Perdagangan Internasional
|
Tanam paksa, pertanian, perdagangan Internasional.
|
Raja jadi penguasa
|
Raja jadi penguasa
|
Pajak yang Tinggi
|
Di lihat dari Prasasti (system ekonominya)
|
para
pedagang Muslim yang menguasai sumber-sumber ekonomi.
|
Rakyat menderita
|
System pajak (upeti)
|
mengalami kemajuan
|
Melakukan system pemungutan pajak
|
Hubungan Indonesia-India -Cina berkembang
|
System pajak
|
Mewajibkan rakyat melakukan penyerahan
hasil pertanian
|
Impor/ ekspor sudah terjadi
|
Hubungan perdagangan cukup baik dengan Arab-persia
dll
|
Menjual tanah-tanah pertanian kepada
swasta
|
Penambangan (emas, timah dll)
|
Memebentuk lembaga keuangan
|
Monopoli
perdagangan
|
System administrasi keuangan belum ada
|
Terjadinya ekspor dan impor
|
Pet petani indonesia mengenal jenis-jenis
tanaman baru serta cara merawatnya
|
Referensi
:
Recklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta, 2005
Soekmono, R . (1981). Pengantar
Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar