Rabu, 14 Juni 2017

Tesktologi dan kodikologi.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam mempelajari Fologi perlu tahu mengenai Tesktologi dan kodikologi. Seperti halnya bidang ilmu pengetahuan yang lain, filologi pun memiliki sasaran atau obyek kerja. Bahwa obyek filologi adalah naskah atau teks dengan menggunakan media bahasa sebagai sarana penelitian. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa, naskah dan teks memiliki pengertian yang berbeda. Naskah (‘handschrijft’ Belanda, ‘manuscript’ Inggris) merupakan semua bahan tulisan sebagai hasil kebudayaan masa lalu dan dengan demikian bersifat konkrit dan dapat dipegang atau disentuh, sedangkan teks adalah isi naskah itu sendiri.
1.2  Rumusan masalah
Adapun beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
1.      Apa itu Tekstologi dan kodikologi?
1.3  Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mendeskripsikan apa itu Tekstologi dan Kodikologi
1.4  Manfaat penelitian
Adapun beberapa manfaat sebagai berikut :
1.      Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filologi
2.      Untuk mengetahui mengenai apa itu Tektologi dan kodikologi


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tekstologi
Tekstologi Sama halnya dengan kodikologi yang mempelajari seluk-beluk naskah (kodeks), tekstologi juga merupakan bagian dari ilmu filologi yang mempelajari seluk-beluk teks, terutama menelaah yang berhubungan dengan penjelmaan dan penurunan sebuah teks sebagai sebuah teks karya sastra, dari mulai naskah otograf (teks bersih yang ditulis pengarang) sampai pada naskah apograf (teks salinan bersih oleh orang-orang lain), proses terjadinya teks, penafsiran, dan pemahamannya. Dalam penjelmaan dan penurunannya, secara garis besar dapat disebutkan adanya tiga macam teks, yaitu:
a. teks lisan (tidak tertulis);
b. teks naskah tulisan tangan;
c. teks cetakan (Baried, 1985:56).
Dilihat berdasarkan masa perkembangannya, teks yang pertama ada adalah teks lisan, teks lisan lahir dari cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi melalui tradisi mendongeng. Teks lisan berkembang menjadi teks naskah tulisan tangan yang merupakan kelanjutan dari tradisi mendongeng, cerita-cerita rakyat yang pernah dituturkan disalin ke dalam sebuah tulisan dengan menggunakan alat dan bahan yang sangat sederhana dan serta menggunakan aksara dan bahasa daerahnya masing-masing. Teks naskah tulisan tangan ini masih tradisional, setelah ditemukannya mesin cetak dan kertas oleh bangsa Cina maka perkembangan teks pun menjadi lebih maju, pada masa ini orang tidak harus susah-susah menyalin sebuah teks, tetapi teks-teks sangat mudah diperbanyak dengan waktu yang tidak lama maka lahirlah teks-teks cetakan. Baried (1985:57), menyebutkan ada sepuluh prinsip Lichacev yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk penelitian tekstologi yang pernah diterapkan terhadap karya-karya monumental sastra lama Rusia. Kesepuluh prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya. Salah satu di antara penerapannya yang praktis adalah edisi ilmiah teks yang bersangkutan;
2.      Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya;
3.      Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya;
4.      Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya;
5.      Secara metodis perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah teks (perubahan ideology, artistic, psikologis, dan lain-lain) harus didahulukan daripada perubahan mekanis, misalnya kekeliruan tidak sadar oleh seorang penyalin;
6.      Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada penelitian teks);
7.      Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks (dalam naskah) harus diikutsertakan dalam penelitian;
8.      Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monumen sastra lain
9.      Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan skriptoria-skriptoria (sanggar penulisan/penyalinan: biara, madrasah) tertentu harus diteliti secara menyeluruh;
10.  Rekonstruksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah-naskah.
B.     Kodikologi
Istilah kodikologi berasal dari kata Latin ‘codex’ (bentuk tunggal; bentuk jamak ‘codies’) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘naskah’ –bukan menjadi ‘kodeks’. Sri Wulan Rujiati Mulyadi mengatakan kata ’caudex’ atau ‘codex’ dalam bahasa Latin menunjukkan hubungan pemanfaatan kayu sebagai alas tulis yang pada dasarnya kata itu berarti ‘teras batang pohon’. Kata ‘codex’ kemudian di berbagai bahasa dipakai untuk menunjukkan suatu karya klasik dalam bentuk naskah.
Selanjutnya Dain mengatakan bahwa tugas dan “daerah” kajian kodikologi antara lain ialah sejarah naskah, sejarah koleksi naskah, penelitian mengenai tempat naskah-naskah yang sebenarnya, masalah penyusunan katalog, penyusunan daftar katalog, perdagangan naskah, dan penggunaan-penggunaan naskah itu.
Kodikologi, atau biasa disebut ilmu pernaskahan bertujuan mengetahui segala aspek naskah yang diteliti. Aspek-aspek tersebut adalah aspek di luar isi kandungan naskah tentunya.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tektologi adalah Kajian ilmu yang mendalami segala sesuatu tentang teks, seperti cara penurunan atau penyalinan teks, pemahaman atau penafsiran serta penambahan atau pengurangan kata atau kalimatnya dan  Kodikologi adalah kajian ilmu yang mendalami   pembahasan seputar seluk beluk naskah, misalnya bahan, alat tulis, umur, tempat penulisan maupun perkiraan penulis naskah,












DAFTAR PUSTAKA
Istadiyantha,.Jurnal Kodikologi,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar