Rabu, 14 Juni 2017

Perkembangan Keramba Jaring Apung Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Sekitar Calingcing ( Desa Sindangjaya Kab. Cianjur 1990-2000)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keramba jaring apung adalah sistem teknologi budidaya air berupa jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi, rumah jaga dan jangkar (Krisanti .2006).       
Calingcing merupakan bagian dari Waduk Cirata, sebuah objek wisata di Cianjur. Sayangnya, lantaran tak dikelola baik, perairan Calingcing kurang terkenal. Bentuk pemanfaatan perikanan merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan masyarakat di kawasan Calingcing dan menjadi mata pencaharian bagi masyarakat sekitar berupa budidaya perikanan keramba jaring apung.
Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 66 km2 akibat pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung ,yang kemudian dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata rekreasi berbasis air dan kegiatan perikanan budidaya air tawar. Pemanfaatan untuk kegiatan budidaya perikanan dapat dilakukan dengan menggunakan keramba jaring apung yang cocok diterapkan di perairan tergenang. (Rudiansyah 2007)
Waduk biasanya dibangun untuk beberapa tujuan penting, seperti pembangkit listrik tenaga air, irigasi atau pengendali banjir. Banyak  potensi yang dimiliki waduk memerlukan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolannya, karena dapat menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan perekonomian masyarakat sekitarnya. Salah satu waduk yang berpotensi adalah Waduk Cirata di zona 1 Calingcing Desa Sindangjaya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Banyaknya potensi yang dimiliki waduk memerlukan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolannya, karena dapat menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan perekonomian masyarakat, khususnya di sekitar waduk.  Budidaya ikan dalam keramba jaring apung , marupakan salah satu kegiatan yang berkembang pesat di Calingcing.
Calingcing berlokasi di Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, sekitar 20 km dari kota Cianjur, dengan luas sekitar 5 ha. Lokasi Calingcing sangat strategis karena berada pada titik pertemuan dua lintasan pintu masuk menuju wilayah pengembangan pariwisata Cirata yaitu dari arah Cianjur (Jakarta dan Bogor) serta Ciranjang (dari Bandung) yang memiliki potensi yang sangat besar. (Rudiansyah 2007)
Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung merupakan salah satu teknologi budidaya ikan air tawar yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan Calingcing. Usaha budidaya ikan mas dan nila dalam Keramba Jaring Apung di Calingcing telah berkembang dengan pesat, namun perkembangannya tidak terkendali, dan dimana terlalu banyak menyita areal perairan Calingcing. Keadaan ini berdampak negatif terhadap lingkungan perairan yang pada gilirannya dapat menimbulkan konflik diantara pengguna perairan, serta kematian massal ikan akibat gas beracun (NH3 dan H2S) yang dihasilkan dari pembusukan akumulasi sisa-sisa pakan yang tidak termanfaatkan oleh ikan. (Tarunamilia., A. Mustafa dan A. Hanafi : 2001)
Dimasa datang teknologi yang diperlukan adalah teknologi Keramba Jaring Apung yang ramah lingkungan, teknologi efisien dan produktivitasnya tinggi serta dampak negatifnya diupayakan seminimal mungkin terhadap lingkungan perairan. Salah satu teknologi budidaya Keramba Jaring Apung yang dianggap efisien dan produktivitasnya tinggi adalah teknologi budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung Ganda (Kartamihardja, 1997).
Fokus kajian pada peneliti ini adalah Perkembangan Keramaba Jaring Apung dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar Calingcing. Ada beberapa alasan penulis mengambil perkembangan Keramba Jaring Apung  ini. Pertama, keramba jaring apung ini merupakan salah satu budidaya ikan air tawar yang berkembang meskipun membuat air tercemari karena limbah tersebut. Kedua, kehadiran keramba jaring apung  ini selain budidaya ikan air tawar membuka peluang melatihan masyarakat  untuk berwiraswasta dan mandiri. Ketiga, dengan adanya keramaba jaring apung ini sedikitnya telah merubah gaya hidup, pola pikir masyarakat yang tadinya bermata pencaharian bertani sebagian besar sudah berubah menjadi perternak ikan air tawar.
        Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam mengenai Keramaba Jaring Apung. Permasalahan dan fokus kajian tersebut akan dikaji mengenai “ Perkembangan Keramba Jaring Apung Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Sekitar Calingcing ( Desa Sindangjaya Kab. Cianjur 1990-2000)” .
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi masalah
Calingcing adalah bagian dari genangan waduk Cirata, sebagian masyarakat yang mempunyai modal genangan itu dimanfaatkan untuk berternak ikan air tawar dengan menggunakan Keramba Jaring Apung, semakin berkembang Keramba jaring Apung semakin besar dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Salah satu strategi untuk meningkatkan produksi ikan dan pendapatan masyarakat adalah dengan melakukan budidaya ikan air tawar  dalam Keramba Jaring Apung . Namun selain memiliki dampak positif, Keramba Jaring Apung  juga memiliki dampak negatif pada lingkungan perairan.
Pemanfaatan genangan air di Calingcing lainnya berupa kegiatan wisata,dan perternakan ikan air tawar,  kegiatan wisata meliputi atraksi berperahu mengelilingi waduk, melihat pemandangan alam sekitar waduk, mengamati kegiatan budidaya ikan jaring terapung. Populasi jaring terapung yang cukup banyak terkesan menutupi permukaan waduk sehingga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan atau pengunjung pada saat melakukan pesiar.
1.2.2. Ruang Lingkup masalah
Supaya dalam pembahasan tidak melebar , maka kajian dalam penelitian ini hanya membahas  faktor pendukung serta perkembangan keramba jaring apung dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar Calingcing.
1.2.3. Rumusan masalah
Setelah dipaparkan secara singkat mengenai objek dari penelitian. Maka peneliti merumuskan masalah yang perlu diteliti kedalam beberapa point diantaranya:
1.      Bagaimana Latar belakang munculnya Keramba jaring apung?
2.      Bagaimana dampak perkembangan Keramba Jaring Apung ini terhadap Lingkungan  sekitar Calingcing tahun1990-2000?
3.      Faktor apa saja yang mendukung perkembangan Keramba Jaring Apung (Desa Sindangjaya,Kab Cianjur 1990-2000)?
1.3.Tujuan Penelitian
        Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah , maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
  1. Mendeskripsikan latar belakang munculnya Keramba Jaring Apung ini sehingga dapat dikenal khususnya di sekitar Desa Sindangjaya Keb Cianjur
  2. Untuk mengungkapkan dampak perkembangan Keramba Jaring Apung terhadap masyarakat sekitar Calingcing tahun1990-2000
  3. Untuk menjelaskan faktor pendukung berkembangnya Keramba Jaring Apung (Desa Sindangjaya,Kab Cianjur 1990-2000).
1.4  Metodologi  Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan asas-asas dan prosedur dalam metodologi sejarah dengan menggunakan metodologi sejarah dalam kajiannya.
  1. Heuristik
Tahapan pertama yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas. Mengumpulkan sumber yang diperlukan dalam penulisan ini merupakan pekerjaan pokok yang dapat dikatakan gampang-gampang susah, sehingga diperlukan kesabaran dari penulis. “Heuristic berasal dari bahasa Yunani Heuriskein artinya sama dengan to find yang berati tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu. (Kosim 1988:31). Pada tahap ini, kegiatan diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi penelitian, temuan benda maupun sumber lisan.
Dalam penelitian ini penulis memfocuskan mencari sumber-sumber tertulis, dokumen, dan sumber lisan. Sebagaiman langkah pertama dalam penelitian ini. Terutama pencarian sumber primer dengan melakukan wawancara terhadap orang yang berada di Calingcing. Selanjutnya mencari sumber sekunder dari dokumen serta catatan tertulis.
  1. Kritik
Pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan pembahasan yang terkait, maupun hasil temuan dilapangan tentang bukti-bukti dilapangan tentang pembahasan. Setelah bukti itu atau data itu ditemukan maka dilakukan penyaringan atau penyeleksian dengan mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang faktual dan orisinalnya terjamin. Tahapan kritik ini tentu saja memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanaannya. Salah satu tujuan yang dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini adalah otentitas.
a.      Kritik Ekstern (Otentisitas)
Tahapan pengujian sumber sejarah melalui cara verivikasi data-data di lapangan, yang berorientasi pada keasliaan sumber sejarah yang ditemukan untuk membuktikan apakah data-data dilapangan dapat dijadikan fakta sejarah. Adapun yang dikaji yaitu orang-orang yang diwawancara, dokumen sejarah yang berhubungan dengan Keramba Jaring Apung di Desa Sindangjaya kab Cianjur.
b.      Kritik Intern (Kredibilitas)
Pada tahapan ini adalah proses mencari kredibilitas orang-orang yang memberikan kesaksian tentang terbentuknya Calingcing yang tergenangi air  apakah kesaksian setiap orang berbeda atau sama dengan cara membanding-bandingkan, pada tahapan ini diperlukan evaluasi terhadap kesaksian yang diberikan. Bisa saja setiap kesaksian itu dirubah karena kepentingan tertentu.
  1. Interpretasi
Setelah melalui tahapan kritik sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan pembahasan, maupun hasil penelitian langsung dilapangan. Tahapan ini menuntut kehati-hatian dan integritas penulis untuk menghindari interpretasi yang subjektif terhadap fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah yang ilmiah.
  1. Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari metode historis. Tahapan heuristik, kritik sumber,serta interpretasi, kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan sebuah historiografi.
Tahapan ini merupakan tahapan terberat karena tahapan ini merupakan suatu kegiatan penulisan yang memerlukan ke intelektualan penulis untuk memahami sejarah. Untuk memahami sejarah penulis menggunakan ilmu-ilmu bantu sosial, ekonomi, politik, sosiologi dan lain-lain. Sehingga ilmu bantu ini bisa menunjang tahapan penulisan secara terstruktur. Adapun tahapan yang diperhatikan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah inia adalah pemaparan (exposition), perbincangan (argumentation), pelukisan (Deskription) dan penceritaan (narration). Adapun pendekatan yang dilakukan penulis dengan menggunakan ilmu-ilmu bantu sejarah sebagai langkah terakhir penulisan sejarah secara metodologi penulisan sejarah serta dapat dipertanggung jawabkan.
1.5  Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis akan menyajikannya kedalam beberapa bab diantaranya:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian , tinjauan pustaka dan metodologi penelitian. Dan sistematika penulisan. Dalam bab ini penulis memaparkan secara sederhana sebagi gambaran awal dalam proses pembuatan skripsi.
Bab II Setting Historis
Dalam bab ini akan membahas tentang hal-hal yang menjadi faktor pendukung  perkembangan Keramba Jaring Apung. Selain itu juga akan dibahas mengenai faktor pendukung.Selain itu juga akan dibahas tentang faktor faktor pendukung. Dalam analisisnya mengenai dampak keramba jaring apung terhadap lingkungan sekitar dan membahas tentang perekembangan keramba jaring apung di Calingcing desa Sindangjaya Kabupaten Cianjur.
Bab III Pembahasan
Dalam bab ini penulis membahas secara detail dengan menggunakan ilmu-ilmu bantu sejarah. Pembahasan dalam bab ini akan diuraikan secara sistematis tentang sub-sub pembahasan didalam setting histori atau latar belakang masalah.


Bab IV Kesimpulan
Pada bab ini adalah bab bagian akhir yang didalamnya berisikan kesimpulan dari pembahasan dimulai dari perkembangan keramba jaring apung di Calingcing .Dalam kesimpulan ini dapat ditarik benang merah dari setiap pembahasan dari bab-bab sebelumnya.



















DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuddin, Helius.2007.Metodologi Sejarah.Yogyakarta:Ombak
Kosim, E. 1988. Metode Sejarah Asas dan Proses. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Krisanti. 2006. Permasalahan dan Strategi Pengelolaan Perairan Waduk :Contoh Kasus
Waduk Jatiluhur dan Waduk Cirata, Jawa Barat. Bogor :Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Aksomo,Rudiansyah. 2007. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk Perikanan
Dan Wisata Tirta Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bogor : Manajemen Bisnis Dan
Ekonomi Perikanan – Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor

Kartamihardja, E. S. 1997. Pengembangan dan Pengelolaan Budidaya Ikan dalam Keramba
Jaring Tancap Ramah Lingkungan di Perairan Waduk dan Danau Serbaguna.
Prosiding Simposium Perikanan Indonesia II.

Affan, Junaidi M. 2012.  Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring
apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan pantai timur
Bangka Tengah. Banda Aceh: Jurusan Budidaya Perairan, Koordinatorat Kelautan
dan Perikanan universitas Syiah Kuala.

Tarunamilia., A. Mustafa dan A. Hanafi. 2001. Penentuan Lokasi Budidaya Keramba Jaring
Apung dengan Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. (Studi Kasus di Teluk Pare-Pare Sulawesi Selatan).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar