BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keramba
jaring apung adalah sistem teknologi budidaya air berupa jaring yang mengapung
(floating net cage) dengan bantuan pelampung. Sistem ini terdiri dari
beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi,
rumah jaga dan jangkar (Krisanti .2006).
Calingcing
merupakan bagian dari Waduk Cirata, sebuah objek wisata di Cianjur. Sayangnya,
lantaran tak dikelola baik, perairan Calingcing kurang terkenal. Bentuk
pemanfaatan perikanan merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan
masyarakat di kawasan Calingcing dan menjadi mata pencaharian bagi masyarakat
sekitar berupa budidaya perikanan keramba jaring apung.
Waduk
Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 66 km2 akibat
pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut
tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan
Kabupaten Bandung ,yang kemudian dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata
rekreasi berbasis air dan kegiatan perikanan budidaya air tawar. Pemanfaatan
untuk kegiatan budidaya perikanan dapat dilakukan dengan menggunakan keramba
jaring apung yang cocok diterapkan di perairan tergenang. (Rudiansyah 2007)
Waduk
biasanya dibangun untuk beberapa tujuan penting, seperti pembangkit listrik
tenaga air, irigasi atau pengendali banjir. Banyak potensi yang dimiliki waduk memerlukan
perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan pengelolannya, karena dapat
menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan perekonomian masyarakat
sekitarnya. Salah satu waduk yang berpotensi adalah Waduk Cirata di zona 1
Calingcing Desa Sindangjaya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Banyaknya potensi
yang dimiliki waduk memerlukan perhatian dari pemerintah untuk pembangunan dan
pengelolannya, karena dapat menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
perekonomian masyarakat, khususnya di sekitar waduk. Budidaya ikan dalam keramba jaring apung , marupakan
salah satu kegiatan yang berkembang pesat di Calingcing.
Calingcing
berlokasi di Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, sekitar 20 km dari kota
Cianjur, dengan luas sekitar 5 ha. Lokasi Calingcing sangat strategis karena
berada pada titik pertemuan dua lintasan pintu masuk menuju wilayah
pengembangan pariwisata Cirata yaitu dari arah Cianjur (Jakarta dan Bogor) serta
Ciranjang (dari Bandung) yang memiliki potensi yang sangat besar. (Rudiansyah 2007)
Budidaya
ikan dalam Keramba Jaring Apung merupakan salah satu teknologi budidaya ikan
air tawar yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan Calingcing. Usaha
budidaya ikan mas dan nila dalam Keramba Jaring Apung di Calingcing telah berkembang
dengan pesat, namun perkembangannya tidak terkendali, dan dimana terlalu banyak
menyita areal perairan Calingcing. Keadaan ini berdampak negatif terhadap
lingkungan perairan yang pada gilirannya dapat menimbulkan konflik diantara
pengguna perairan, serta kematian massal ikan akibat gas beracun (NH3 dan H2S) yang
dihasilkan dari pembusukan akumulasi sisa-sisa pakan yang tidak termanfaatkan
oleh ikan. (Tarunamilia., A. Mustafa dan A. Hanafi : 2001)
Dimasa
datang teknologi yang diperlukan adalah teknologi Keramba Jaring Apung yang
ramah lingkungan, teknologi efisien dan produktivitasnya tinggi serta dampak negatifnya
diupayakan seminimal mungkin terhadap lingkungan perairan. Salah satu teknologi
budidaya Keramba Jaring Apung yang dianggap efisien dan produktivitasnya tinggi
adalah teknologi budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung Ganda (Kartamihardja,
1997).
Fokus
kajian pada peneliti ini adalah Perkembangan
Keramaba Jaring Apung dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar Calingcing.
Ada beberapa alasan penulis mengambil perkembangan Keramba Jaring Apung ini.
Pertama, keramba jaring apung ini
merupakan salah satu budidaya ikan air tawar yang berkembang meskipun membuat
air tercemari karena limbah tersebut. Kedua,
kehadiran keramba jaring apung ini
selain budidaya ikan air tawar membuka peluang melatihan masyarakat untuk berwiraswasta dan mandiri. Ketiga, dengan adanya keramaba jaring
apung ini sedikitnya telah merubah gaya hidup, pola pikir masyarakat yang
tadinya bermata pencaharian bertani sebagian besar sudah berubah menjadi
perternak ikan air tawar.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
maka peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam mengenai Keramaba Jaring
Apung. Permasalahan dan fokus kajian tersebut akan dikaji mengenai “ Perkembangan Keramba Jaring Apung Dan
Dampaknya Terhadap Lingkungan Sekitar Calingcing ( Desa Sindangjaya Kab.
Cianjur 1990-2000)” .
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi
masalah
Calingcing adalah bagian dari
genangan waduk Cirata, sebagian masyarakat yang mempunyai modal genangan itu
dimanfaatkan untuk berternak ikan air tawar dengan menggunakan Keramba Jaring
Apung, semakin berkembang Keramba jaring Apung semakin besar dampaknya terhadap
lingkungan sekitar.
Salah satu strategi untuk
meningkatkan produksi ikan dan pendapatan masyarakat adalah dengan melakukan
budidaya ikan air tawar dalam Keramba
Jaring Apung . Namun selain memiliki dampak positif, Keramba Jaring Apung juga memiliki dampak negatif pada lingkungan
perairan.
Pemanfaatan genangan air di
Calingcing lainnya berupa kegiatan wisata,dan perternakan ikan air tawar, kegiatan wisata meliputi atraksi berperahu
mengelilingi waduk, melihat pemandangan alam sekitar waduk, mengamati kegiatan
budidaya ikan jaring terapung. Populasi jaring terapung yang cukup banyak
terkesan menutupi permukaan waduk sehingga dapat mengurangi kenyamanan
wisatawan atau pengunjung pada saat melakukan pesiar.
1.2.2. Ruang
Lingkup masalah
Supaya dalam pembahasan tidak
melebar , maka kajian dalam penelitian ini hanya membahas faktor pendukung serta perkembangan keramba
jaring apung dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar Calingcing.
1.2.3. Rumusan
masalah
Setelah dipaparkan secara singkat
mengenai objek dari penelitian. Maka peneliti merumuskan masalah yang perlu
diteliti kedalam beberapa point diantaranya:
1. Bagaimana
Latar belakang munculnya Keramba jaring apung?
2. Bagaimana
dampak perkembangan Keramba Jaring Apung ini terhadap Lingkungan sekitar Calingcing tahun1990-2000?
3. Faktor
apa saja yang mendukung perkembangan Keramba Jaring Apung (Desa Sindangjaya,Kab
Cianjur 1990-2000)?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan pembatasan
masalah , maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
- Mendeskripsikan latar belakang munculnya Keramba Jaring Apung ini sehingga dapat dikenal khususnya di sekitar Desa Sindangjaya Keb Cianjur
- Untuk mengungkapkan dampak perkembangan Keramba Jaring Apung terhadap masyarakat sekitar Calingcing tahun1990-2000
- Untuk menjelaskan faktor pendukung berkembangnya Keramba Jaring Apung (Desa Sindangjaya,Kab Cianjur 1990-2000).
1.4
Metodologi Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan asas-asas dan prosedur dalam
metodologi sejarah dengan menggunakan metodologi sejarah dalam kajiannya.
- Heuristik
Tahapan pertama
yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan
dibahas. Mengumpulkan sumber yang diperlukan dalam penulisan ini merupakan
pekerjaan pokok yang dapat dikatakan gampang-gampang susah, sehingga diperlukan
kesabaran dari penulis. “Heuristic berasal dari bahasa Yunani Heuriskein artinya sama dengan to
find yang berati tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu”. (Kosim 1988:31). Pada tahap ini, kegiatan diarahkan pada penjajakan,
pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat
dilokasi penelitian, temuan benda maupun sumber lisan.
Dalam penelitian ini penulis
memfocuskan mencari sumber-sumber tertulis, dokumen, dan sumber lisan.
Sebagaiman langkah pertama dalam penelitian ini. Terutama pencarian sumber
primer dengan melakukan wawancara terhadap orang yang berada di Calingcing.
Selanjutnya mencari sumber sekunder dari dokumen serta catatan tertulis.
- Kritik
Pada tahap ini, sumber yang telah
dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan
pembahasan yang terkait, maupun hasil temuan dilapangan tentang bukti-bukti
dilapangan tentang pembahasan. Setelah bukti itu atau data itu ditemukan maka
dilakukan penyaringan atau penyeleksian dengan mengacu pada prosedur yang ada,
yakni sumber yang faktual dan orisinalnya terjamin. Tahapan kritik ini tentu
saja memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanaannya. Salah satu tujuan yang
dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini adalah otentitas.
a.
Kritik
Ekstern (Otentisitas)
Tahapan pengujian sumber sejarah
melalui cara verivikasi data-data di lapangan, yang berorientasi pada keasliaan
sumber sejarah yang ditemukan untuk membuktikan apakah data-data dilapangan
dapat dijadikan fakta sejarah. Adapun yang dikaji yaitu orang-orang yang
diwawancara, dokumen sejarah yang berhubungan dengan Keramba Jaring Apung di
Desa Sindangjaya kab Cianjur.
b.
Kritik
Intern (Kredibilitas)
Pada tahapan ini adalah proses
mencari kredibilitas orang-orang yang memberikan kesaksian tentang terbentuknya
Calingcing yang tergenangi air apakah
kesaksian setiap orang berbeda atau sama dengan cara membanding-bandingkan,
pada tahapan ini diperlukan evaluasi terhadap kesaksian yang diberikan. Bisa
saja setiap kesaksian itu dirubah karena kepentingan tertentu.
- Interpretasi
Setelah melalui tahapan kritik
sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah
yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan pembahasan, maupun
hasil penelitian langsung dilapangan. Tahapan ini menuntut kehati-hatian dan
integritas penulis untuk menghindari interpretasi yang subjektif terhadap fakta
yang satu dengan fakta yang lainnya, agar ditemukan kesimpulan atau gambaran
sejarah yang ilmiah.
- Historiografi
Historiografi atau penulisan
sejarah merupakan tahapan akhir dari seluruh rangkaian dari metode historis.
Tahapan heuristik, kritik sumber,serta interpretasi, kemudian dielaborasi
sehingga menghasilkan sebuah historiografi.
Tahapan ini merupakan tahapan
terberat karena tahapan ini merupakan suatu kegiatan penulisan yang memerlukan
ke intelektualan penulis untuk memahami sejarah. Untuk memahami sejarah penulis
menggunakan ilmu-ilmu bantu sosial, ekonomi, politik, sosiologi dan lain-lain.
Sehingga ilmu bantu ini bisa menunjang tahapan penulisan secara terstruktur.
Adapun tahapan yang diperhatikan oleh penulis dalam penulisan karya ilmiah inia
adalah pemaparan (exposition), perbincangan (argumentation), pelukisan
(Deskription) dan penceritaan (narration). Adapun pendekatan yang dilakukan
penulis dengan menggunakan ilmu-ilmu bantu sejarah sebagai langkah terakhir
penulisan sejarah secara metodologi penulisan sejarah serta dapat dipertanggung
jawabkan.
1.5
Sistematika
Penulisan
Dalam
penyusunan skripsi ini penulis akan menyajikannya kedalam beberapa bab
diantaranya:
Bab I Pendahuluan
Dalam
bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian , tinjauan pustaka dan metodologi penelitian. Dan
sistematika penulisan. Dalam bab ini penulis memaparkan secara sederhana sebagi
gambaran awal dalam proses pembuatan skripsi.
Bab II Setting Historis
Dalam
bab ini akan membahas tentang hal-hal yang menjadi faktor pendukung perkembangan Keramba Jaring Apung. Selain itu
juga akan dibahas mengenai faktor pendukung.Selain itu juga akan dibahas
tentang faktor faktor pendukung. Dalam analisisnya mengenai dampak keramba
jaring apung terhadap lingkungan sekitar dan membahas tentang perekembangan
keramba jaring apung di Calingcing desa Sindangjaya Kabupaten Cianjur.
Bab III Pembahasan
Dalam
bab ini penulis membahas secara detail dengan menggunakan ilmu-ilmu bantu
sejarah. Pembahasan dalam bab ini akan diuraikan secara sistematis tentang
sub-sub pembahasan didalam setting histori atau latar belakang masalah.
Bab IV Kesimpulan
Pada
bab ini adalah bab bagian akhir yang didalamnya berisikan kesimpulan dari
pembahasan dimulai dari perkembangan keramba jaring apung di Calingcing .Dalam
kesimpulan ini dapat ditarik benang merah dari setiap pembahasan dari bab-bab
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuddin, Helius.2007.Metodologi Sejarah.Yogyakarta:Ombak
Kosim,
E. 1988. Metode Sejarah Asas dan Proses.
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Krisanti. 2006. Permasalahan dan Strategi
Pengelolaan Perairan Waduk :Contoh Kasus
Waduk Jatiluhur
dan Waduk Cirata, Jawa Barat. Bogor :Manajemen Sumberdaya
Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Aksomo,Rudiansyah. 2007. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk
Perikanan
Dan Wisata Tirta Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bogor : Manajemen Bisnis Dan
Ekonomi
Perikanan – Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian
Bogor
Kartamihardja, E. S. 1997. Pengembangan dan Pengelolaan Budidaya Ikan
dalam Keramba
Jaring Tancap Ramah Lingkungan di Perairan Waduk dan
Danau Serbaguna.
Prosiding
Simposium Perikanan Indonesia II.
Affan, Junaidi M. 2012.
Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba jaring
apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas
air di perairan pantai timur
Bangka Tengah. Banda Aceh: Jurusan Budidaya Perairan, Koordinatorat Kelautan
dan Perikanan
universitas Syiah Kuala.
Tarunamilia., A. Mustafa
dan A. Hanafi. 2001. Penentuan Lokasi
Budidaya Keramba Jaring
Apung dengan
Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis. (Studi Kasus di
Teluk Pare-Pare Sulawesi Selatan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar